Sabtu, 28 Februari 2009

Episode 1

Ini cerita tentang kehidupan aku. Aku seorang cewek yang baru menginjak kelas satu sma, aku sma di madrasah, sebenarnya aku sudah lama ingin cerita ini. Awalnya sejak aku berumur 4 tahun, aku tidak tahu apa-apa, aku menjalani kehidupan ini dengan sanai saja, dan sering berkelahi dengan teman / tetangga, biasalah namanya juga anak kecil.
Seiring dengan waktu berjalan, sampailah aku SD. Aku sudah pindah ke rumahku yang baru meninggalkan rumah masa kecilku itu. Barulah aku mengenal lingkunagn sekitarku dan tahu kepahitan hidup ini. Aku berkenalan dengan tetangga-tetanggaku, ada Ecit, Giak, Leli, Rara, dan Dian. Aku senang bertemu dan berteman dengan mereka, yang saat itu aku anggap akan mengasikkan.
Aku mulai merasa nyaman dengan mereka, sampai suatu masalah datang, itu saat aku kelas 3 SD. Si Ecit salah paham denganku, dia beranggapan bahwaaku suka dengan cowoknya, namanya Derin, karena aku bertanya sesuatu kepada Dian tentang cowoknya, aku menganggap bahwa hal itu adalah wajar, karena aku hanya ingin tahu tentang Derin saja. Tapi tak tahu kenapa Ecit langsung tak setuju terhadap aku, dan permusuhanpun dimulai. Kejadian itu berlangsung lama sekitar 1 tahunlah, aku jauga tidak begitu tahu pasti kira-kira sampai kelas 4 SD.
Saat itu bulan ramadhan, pada saat jogging pagi, mereka bersorak-sorak sambil mengjak aku dengan kata-kata dan yel-yel yang tidak sedap. Sampai-sampai sahabatku yang aku kira sehati, ikut memusuhiku juga. Alasan mereka ikut-ikutan juga dengan harapan tidak mau cari masalah dengan Ecit, mereka hanya memikirkan diri mereka saja tanpa memikirkan aku yang hidup seperti neraka ringan di dunia. Aku hanya bisa pasrah saja. Dulu kecil aku disuruh ikut TPA di komplek dan uga harus rajin-rajin solat tarawih karena kebetulan bulan itu bulan ramadhan, saat itulah sakit hatiku berkobar layaknya api. Aku dihina, dihardik, dicaci-maki oleh mereka dimanapun saat aku bertemu mereka.Pernah aku coba untuk minta maaf dengan Ecit, dia memaafkan aku. Tapi aku tahu dari mukanya dia tidah ikhlas memaafkanku, yang sebenarnya ini semua salahnya, kenapa coba harus aku yang meminta maaf.
Permusuhanpun berlanjut. Aku memikirkan sebenarnya apa salahku. Apakah aku salah, yang hanya bertanya sekedarnya tentang cowok itu. Aku hanya penasaran saja, aku hanya ingin tahu, aku anggap hal itu adalah wajar, sangat wajar malah.
Seiring umruku berjalan, perselisihan kami terselesaikan, aku tak ingat pasti siapa yang meminta maaf duluan. Sebenranya aku masih menyimpan dendam yang luar biasa, karena tidak ada yang dapat menggambarkan rasa sakit ini denga mereka semua. Dan sebenarya bukan masalah itu saja yang aku alami, ada rasa sakit yang lebih, itu dikarenakan…………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar